Gedung MPR/DPR |
Sudah banyak
bangunan megah di Indonesia yang diakui hingga manca negara. Namun
kadang kesohoran sebuah bangunan megah atau suatu linkungan justru
berbanding terbalik dengan pemilik otak dibalik pembangunan
bangunan-bangunan yang mendapat apresiasi dunia tersebut. Yap!
Arsiteknya! Tanpa adanya arsitek handal, tidak akan mungkin ada bangunan
yang spektakuler, termasuk di Indonesia. Tidak banyak orang yang tahu
kalau Indonesia juga punya banyak arsitek yang berhasil menciptakan
bangunan terbaik di Indonesia. Siapa saja dia?
Y.B Mangunwijaya Pr.
Arsitek satu ini
menempati posisi puncak dalam daftar ini karena sumbanganya tidak hanya
terbatas pada arsitektur namun juga meresap ke dalam ingatan dan jiwa
kita. Dalam bidang arsitektur sendiri lulusan Teknik Arsitektur ITB,
1959 dan Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman,
1966, ini dijuluki sebagai bapak arsitektur modern indonesia. Karyanya
yang terkenal adalah Bentara Budaya Jakarta, berbagai gereja dan kawasan
pemukiman Kali Code.
Sebagai humanis ia
sangat peduli pada masyarakat kecil saat merancangan pemukiman di
bantaran Kali Code, tidak berhenti pada pembangunan fisik namun juga
pembangunan untuk memanusiakan manusia. Ia memberikan pendampingan pada
korban waduk Kedungombo sampai berhasil ke Mahkamah Agung, untuk jasanya
itu ia dicap Komunis oleh orde baru. Rohaniawan Katolik ini menempuh
pendidikan seminari pada Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta, yang
dilanjutkan ke Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius di Mertoyudan,
Magelang.
Ia juga seorang
sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang dipuji tidak hanya di
Indonesia namun juga di seluruh dunia. Sebut saja Burung-burung Manyar
dan Roro Mendut. Romo juga sangat peduli mengenai pendidikan dan
mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, yayasan pendidikan untuk anak
miskin dan terlantar. Ia memang sangat peduli dengan pendidikan dasar
sampai-sampai ia pernah berkata “When I die, let me die as a primary
school teacher”. Untuk jasanya ia mendapatkan berbagai penghargaan,
lengkap untuk setiap bidang yang ia geluti.
Ridwan Kamil
Dalam sebuah profil
di laman TEDx, sebuah forum yang mendatangkan berbagai pakar dan
praktisi di biduangnya, Ridwan kamil dideskripsikan sebagai berikut :
Ridwan Kamil is
among the biggest names in modern Indonesian architecture. As an
architect with a love for green, he uses creative design such as
maximizing pedestrian walkways to solve urban issues. He is famously
known as the designer of Aceh's tsunami museum and Rasuna Epicentrum
(Jakarta). His house was made from 30,000 used Red Bull bottles.
Dalam karirnya,
selain berhasil berkontribusi dalam pembangunan Museum Tsunami Aceh dan
Rasuna Epicentrum, Ridwan Kamil juga diakui karena aktivitas sosialnya
dan kontribusinya terhadap masyarakat. Bahkan, Aktivitas sosialnya itu
berhasil mendapat perhatian dunia, salah satunya dengan penghargaan yang
didapatnya dalam Urban Leadership Award dari University of Pennsylvania
pada 2013. Penghargaan tersebut diberikan untuk pemimpin informal kota
atau komunitas yang dinilai peduli dan berhasil memberikan sebuah solusi
untuk wilayah tertentu dengan menyeimbangakan sektor sosial, ekonomi
dan lingkungan. Dan yang cukup membanggakan, Ridwan Kamil merupakan
orang Indonesia pertama yang berhasil mendapatkan penghargaan tersebut.
Saat ini, Ridwan
Kamil sedang berjuang untuk merubah kota Bandung menjadi lebih baik,
yaitu dengan maju sebagai calon walikota bandung dalam pemilukada kota
bandung 2013.
Fredrich S Silaban
Fredrich S Silaban,
karya-karyanya menghiasi ibukota Jakarta. Siapa yang tidak kenal
Monumen Nasional, Gelora Senayan dan tentunya yang paling membangakan
adalah Masjid Istiqlal. Bangunan masjid terbesar di Asia Tenggara itu
dirancang olehnya melalui sebuah sayembara dan karyanya itu menjadi
monumen toleransi di Indonesia. Mengapa? Karena Masjid terbesar di
Indonesia dirancang oleh seorang Kristen. Ia menyelesaikan pendidikan
formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen Wilhelmina
School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan Academic van Bouwkunst
Amsterdam, Belanda pada tahun 1950. Selain Masjid Istiqlal, Monumen
Nasional menjadi hasil rancanganya setelah Soekarno memerintahkannya
merancang ulang hasil sayembara sebelumnya.
Achmad Noeman
Achmad Noeman
terkenal sebagai Maestro Arsitektur Masjid Indonesia. Sudah banyak
karyanya seperti Masjid Salman ITB, Masjid Amir Hamzah di Taman Ismail
Marzuki, Masjid at-Tin Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, Masjid
Soeharto di Bosnia dan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika Selatan.
Namun karyanya yang melambungkan namanya adalah Masjid Salman di ITB,
masjid ini berdiri gagah tanpa kubahnya. Dalam merancang masjid ia
berprinsip bahwa barisan shalat tidak boleh terpotong sehingga dalam
desain masjidnya tidak ada kolom di dalam bangunan masjid. Ia merupakan
salah satu pendiri IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
Ir. Ciputra
Arsitek satu ini
dikenal bukan karena karya-karyanya tapi karena kesuksesan usahanya,
pandangan hidupnya dan sumbangannya untuk kemajuan kewirausahaan
Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan arsiteknya tahun 1960 di ITB.
Ciputra lebih dikenal atas pengabdiannya dalam bidang kewirausahaan,
terutama di bidang Properti. Bisnis Ciputra yang paling berkembang pesat
salah satunya adalah Ciputra Group. Saat krisis moneter melanda
Indonesia sekitar tahun 1997 grup usahanya terlilit utang dan mengalami
kemunduran namun saat ini telah bangkit dan kembali melakukan usaha di
Indonesia dan luar negeri.
Saat ini kegiatan
utamanya adalah melakukan pendidikan kewirausahaan, ia mendirikan
sekolah dan Universitas Ciputra untuk memempersiapkan lulusannya menjadi
pengusaha. Kiprah Ciputra diapresiasi oleh Museum Rekor Indonesia
(MURI) dengan memberikan dua rekor kepadanya, yakni sebagai entrepreneur
peraih penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan
pelatihan entrepreneurship kepada dosen terbanyak.
Soejodi Wirjoatmodjo
Tahukah Anda siapa
arsitek dari gedung MPR/DPR yang sangat ikonik itu? Soejodi Wirjoatmodjo
merupakan seorang arsitek berbakat yang memenangkan sayembara untuk
desain gedung MPR/DPR tersebut (dahulu gedung Conefo (Conference of the
New Emerging Forces)). Ia merupakan arsitek lulusan ITB dan mengenyam
pendidikan arsitek melalui beasiswa di Perancis di Ecole Superieure
National des Beaux Arts, Paris dan Hoogeschool, Delft, Belanda.
Karya-karyanya antara lain Gedung Sekretariat ASEAN, Gedung Kedubes
Prancis di Jakarta, Gedung Konsulat Indonesia di Beograd, Gedung KBRI di
Kuala Lumpur, dan Stasiun PLTA di Karang Kates, Jawa Timur. Selain itu,
Soejoedi turut merancang masterplan tata kota Kotamadya Pontianak,
Kalbar, masterplan daerah pariwisata Nusa Dua, Bali, dan masterplan
pengembangan pariwisata Jawa Tengah. Warisannya adalah membawa bentuk
arsitektur non-tradisional sebagai inspirasi arsitek-arsitek muda,
rancangannya memberikan ruang interaksi sosial tanpa mengorbankan
lingkungan sekitar.
Han Awal
Banyak yang tahu
gedung arsip nasional, salah satu gedung kebanggaan Indonesia. Namun,
belum banyak yang tahu siapa salah satu arsitek yang ada di balik
pembangunan gedung tersebut. Han Awal merupakan arsitek yang ikut
berkontribusi dalam pembangunan Gedung Museum Arsip Nasional
(pemugaran). Han menyelesaikan pendidikannya dari pendidikan arsitek di
Technische Hoogeschool di Delft, Belanda dan kemudian Technische
Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. Dalam karirnya, Han
dikenal sebagai arsitek pemugaran (konservationis) bangunan-bangunan
tua, karya pemugarannya meliputi Gereja Katedral Jakarta, Gedung Arsip,
Gedung Bank Indonesia Jakarta Kota dan Gereja Immanuel. Untuk
sumbangannya di bidang budaya ini ia mendapatkan penghargaan rofesor AA
Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden,
Belanda. Penghargaa itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada
warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan
kebudayaan kedua negara
Hendra Hadiprana
Arsitek satu ini
karyanya berada di Hong-Kong: Ramayana Galleries Hotel Hilton dan Bank
Niaga Indonesia. Selain itu karyanya juga meliputi hotel-hotel di
Indonesia, klienya termasuk keluarga dekat Soeharto. Karya paling
barunya yang bisa dilihat adalah Gedung Universitas Bina Nusantara dan
Bandara di Kalimantan Timur. Bersekolah di Akademie Minerva Afdeling
Architektuur, Groningen, Negeri Belanda, arsitek satu ini kemudian
mendirikan Hendra Hadiprana Architech and Interior Design.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar