Kisah nyata, seseorang bernama Marshall Sylver.
Sebuah desa kecil di Michigan, seorang ibu dengan 10 anaknya duduk mengelilingi meja reyot di rumahnya. Rumah itu kecil, tidak ada listrik atau ledeng apalagi telephone dan tidak ada ayah. Disaat gelap, rumah itu hanya diterangi cahaya temaram dari lilin. Sang ibu sedang memimpin doa untuk makan. Kesepuluh anak memandang meja. Disana hanya ada pai kasar, berisikan buah aple dari pohon satu satunya dihaaman mereka. Usia anak anak itu antara 3 sampai 22 tahun. Kesemuanya terdiam dalam doa. Inilah keseharian marshall Sylver.
Karena tak ada ledeng, setiap hari anak anak mengambil air untuk mandi dan keperluan lain dari sungai. Biasanya anak pertama, kedua, ketiga dan keempat yang membawa air kerumah. Marshall sebagai anak kelima, bertugas menjaga adik adikny yang masih kecil. Setelah air terkumpul di dalam bak, bergantian mereka mandi. Terbatasnya air membuat mereka saying ntuk membuang air. Akhirnya air mandi yang sama digunakan berulang secara bergantian. Mulanya anak terkecil, anak ke Sembilan, anak ke delapan, kemudian berganti anak ke tujuh dan anak ke enam. Karena kakan pertama hingga keempat yang mengambil air, setelah anak keenam, mereka yang bergiliran mandi. Hingga Marshall, anak kelima mendapatkan jatah mandi paling akhir. Air bak tersebut sudah sangat kotor, sangat keruh. Hingga dewasa Marshall sangat trauma untuk mandi dalam bak.
Saking miskinnya keluarga mereka. Pernah Marshall bekerja sebagai petugas pom bensin. Tugasnya adalah membersihkan kaca mobil pelanggan. Marshall adalah orang yang sangat bersemangat dan rajin. Dia selalu melakukan tugasnya sebaik mungkin. Meskipun dalam hati Marshall membenci air kotor. Tak pernah sekalipun Marshall mengeluh. Hingga suatu hari salah satu pelanggannya mengajaknya bekerja diperusahaannya. Ternyata pelanggan Marshall adalah seorang pemilik radio. Dengan harapan akan menjadi penyiar, Marshall langsung menganggukkan kepala, menerima tawaran kerja tersebut.
Esoknya, betapa kecewa Marshall, ternyata pekerjaan di stasiun radio itu adalah sebagai janitor. Petugas kebersihan WC. Namun Marshall selalu melaksanakan tugasnya sepenuh hati. Dia sangat rajin dan semangat. Impian untuk menjadi penyiar selalu tersimpan dihatinya. Setiap radio tutup, semua orang pulang, Marshall berlatih siaran di ruang siaran diam diam. Setiap hari.
Hingga suatu hari, tanpa disangka keberuntungan datang, impian Marshall terwujud. Bosnya memanggilnya, katanya ada peyiar yang sakit. Padahal hari ini ada siaran penting sekali. Marshall diminta untuk menggantikan. Marshall sangat terkejut. Kenapa saya bos? Tanyanya. Ternyata suatu malam bosnya pernah kembali ke kantor untuk mengambil barang yang tertinggal. Di kantor yang sudah sepi, tanpa sengaja bosnya melihat Marshall berlatih siaran. Bosnya tertarik dengan gaya siaran Marshall yang semangat berapi api.
Dan hasilnya, Marshall disukai pendengar. Banyak pendengar yang menanyakan penyir baru yang luar biasa semangat. Sejak itu Marshall berprinsip. Dalam hidup kita harus selalu bersiap siap, karena keberuntungan adalah pertemuan antara persiapan dan kesempatan. Seandainya Marshall tidak pernah berlatih siaran, saat kesempatan datang, tentu Marshall tidak menjadi penyiar.
Kini Marshall Sylver adalah seorang Motivator, bisnis konsultan, penulis buku terkenal “Passion, Profit and Power”. Seorang Multimilyuner, memiliki istri cantik aktris sekaligus model, tinggal di rumah mewah dengan pemandangan lautan indah, membintangi acara TV nasional. Hidupnya berubah.
Semoga kisah ini memberikan inspirasi dalam hidup kita.
Sebuah desa kecil di Michigan, seorang ibu dengan 10 anaknya duduk mengelilingi meja reyot di rumahnya. Rumah itu kecil, tidak ada listrik atau ledeng apalagi telephone dan tidak ada ayah. Disaat gelap, rumah itu hanya diterangi cahaya temaram dari lilin. Sang ibu sedang memimpin doa untuk makan. Kesepuluh anak memandang meja. Disana hanya ada pai kasar, berisikan buah aple dari pohon satu satunya dihaaman mereka. Usia anak anak itu antara 3 sampai 22 tahun. Kesemuanya terdiam dalam doa. Inilah keseharian marshall Sylver.
Karena tak ada ledeng, setiap hari anak anak mengambil air untuk mandi dan keperluan lain dari sungai. Biasanya anak pertama, kedua, ketiga dan keempat yang membawa air kerumah. Marshall sebagai anak kelima, bertugas menjaga adik adikny yang masih kecil. Setelah air terkumpul di dalam bak, bergantian mereka mandi. Terbatasnya air membuat mereka saying ntuk membuang air. Akhirnya air mandi yang sama digunakan berulang secara bergantian. Mulanya anak terkecil, anak ke Sembilan, anak ke delapan, kemudian berganti anak ke tujuh dan anak ke enam. Karena kakan pertama hingga keempat yang mengambil air, setelah anak keenam, mereka yang bergiliran mandi. Hingga Marshall, anak kelima mendapatkan jatah mandi paling akhir. Air bak tersebut sudah sangat kotor, sangat keruh. Hingga dewasa Marshall sangat trauma untuk mandi dalam bak.
Saking miskinnya keluarga mereka. Pernah Marshall bekerja sebagai petugas pom bensin. Tugasnya adalah membersihkan kaca mobil pelanggan. Marshall adalah orang yang sangat bersemangat dan rajin. Dia selalu melakukan tugasnya sebaik mungkin. Meskipun dalam hati Marshall membenci air kotor. Tak pernah sekalipun Marshall mengeluh. Hingga suatu hari salah satu pelanggannya mengajaknya bekerja diperusahaannya. Ternyata pelanggan Marshall adalah seorang pemilik radio. Dengan harapan akan menjadi penyiar, Marshall langsung menganggukkan kepala, menerima tawaran kerja tersebut.
Esoknya, betapa kecewa Marshall, ternyata pekerjaan di stasiun radio itu adalah sebagai janitor. Petugas kebersihan WC. Namun Marshall selalu melaksanakan tugasnya sepenuh hati. Dia sangat rajin dan semangat. Impian untuk menjadi penyiar selalu tersimpan dihatinya. Setiap radio tutup, semua orang pulang, Marshall berlatih siaran di ruang siaran diam diam. Setiap hari.
Hingga suatu hari, tanpa disangka keberuntungan datang, impian Marshall terwujud. Bosnya memanggilnya, katanya ada peyiar yang sakit. Padahal hari ini ada siaran penting sekali. Marshall diminta untuk menggantikan. Marshall sangat terkejut. Kenapa saya bos? Tanyanya. Ternyata suatu malam bosnya pernah kembali ke kantor untuk mengambil barang yang tertinggal. Di kantor yang sudah sepi, tanpa sengaja bosnya melihat Marshall berlatih siaran. Bosnya tertarik dengan gaya siaran Marshall yang semangat berapi api.
Dan hasilnya, Marshall disukai pendengar. Banyak pendengar yang menanyakan penyir baru yang luar biasa semangat. Sejak itu Marshall berprinsip. Dalam hidup kita harus selalu bersiap siap, karena keberuntungan adalah pertemuan antara persiapan dan kesempatan. Seandainya Marshall tidak pernah berlatih siaran, saat kesempatan datang, tentu Marshall tidak menjadi penyiar.
Kini Marshall Sylver adalah seorang Motivator, bisnis konsultan, penulis buku terkenal “Passion, Profit and Power”. Seorang Multimilyuner, memiliki istri cantik aktris sekaligus model, tinggal di rumah mewah dengan pemandangan lautan indah, membintangi acara TV nasional. Hidupnya berubah.
Semoga kisah ini memberikan inspirasi dalam hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar